Perajin batik berkata butuh terdapatnya standarisasi harga batik spesialnya buat pangsa pasar luar negara buat menjauhi terbentuknya perbandingan harga.
\” Banyak perajin batik yang menjajaki demonstrasi di luar negara yang memasarkan harga batik jauh lebih kecil dibanding harga di dalam negara, paling utama pada hari- hari terakhir demonstrasi. Sebabnya dari pada dibawa kembali lagi,\” tutur Ketua Penciptaan Batik Alleira, Anita Asmayasanin, dalam kolokium\” Indonesia Rumah Batik Bumi\” di Gedung Konferensi Jakarta, Kamis( 29 atau 9).
Sementara itu, tutur Anita, upah buat memproduksi batik itu mahal karena melampaui banyak sistem serta menyantap durasi lebih dari satu bulan.
\” Bila dijual dengan harga lebih ekonomis diperbandingkan dalam negara, itu serupa saja dengan menjatuhkan harga diri Bangsa. Oleh sebab itu butuh terdapatnya standarisasi harga buat bermacam-macam variasi batik,\” ucap dia.
Ia mengajak seluruh perajin batik akur dalam menentukan standar harga. Sedemikian itu pula penguasa, lanjut dia, mesti membagikan proteksi pada para perajin batik.
Walaupun itu, Pimpinan Sekolah Besar Pariwisata Bandung, Noviendi Makalam, yang jadi juru bicara dalam kolokium itu berkata terdapat 4 tentang yang butuh dicoba buat mengiklankan batik ialah data, pemahaman, standarisasi, serta aplikasi dalam pabrik.
\” Banyak warga yang tidak kenal kenapa batik itu mahal. Terkini sehabis dipaparkan sistem pembuatan batik jauh serta menyantap durasi lama, terkini mereka paham kenapa harga batik itu mahal,\” riil eks Ketua Penjualan Luar Negara Ditjen Penjualan Kemenbudpar ini.
Sedemikian itu pula butuh dijalankannya pemahaman supaya warga merajai apa arti yang tercantum pada pola atau corak batik.
\” Sebaliknya buat standarisasi memanglah harus dicoba buat penjajaran harga kala dijual di luar negara,\” nyata Noviendi.
Noviendi berkata Kemenbudpar hendak lalu melaksanakan advertensi, walhasil esoknya batik dapat jadi simbol serta jadi energi raih turis asing buat tiba ke Indonesia.
Bagi Noviendi, ketika dirinya bekerja selaku Ketua Penjualan Luar Negara Ditjen Penjualan Kemenbudpar, berbagai cara dicoba buat mengenalkan batik ke bumi. Seumpama saja, lanjut ia, kala bintang film Hollywood Richard Gere tiba ke Indonesia, Kemenbudpar membagikan batik.
\” Jadi sedemikian itu Richard Gere mengenakan batik, hingga orang hendak ketahui kalau ketika ini dia lagi berlokasi di Indonesia. Dengan demikian itu Indonesia hendak diketahui selaku rumah batik bumi,\” terang laki- laki bertubuh produktif ini.